Proses Teater Korek menuju malam persembahan, Kamis (29/12) malam. |
Bekasi, Tim Redaksi Teater Korek
Teater Korek Universitas Islam "45" (Unisma) Bekasi adalah salah satu organisasi kemahasiswaan yang bergerak di bidang seni dan kebudayaan. Sebagai wadah untuk menggali beragam isu atau fenomena kekinian yang kemudian diangkat ke permukaan; ke dalam sebuah pertunjukkan. Sesuai dengan namanya, Korek, yang berarti adalah proses atau upaya penggalian sesuatu menjadi bentuk konkret yang terejawantahkan dalam laku.
Namun,
dalam proses itu dibutuhkan sebuah keberprasahan diri. Netralitas
'keakuan' juga perlu dilakukan demi mendapatkan hasil yang maksimal.
Karena kerja kebudayaan adalah soal kehidupan yang dinamis, yang tanpa
kepura-puraan dan kemunafikan. Dan, saat 'keakuan' itu sudah tidak
mendominasi dalam hidup, maka lahirlah ketulusan, yang sadar akan
kehidupan, yang tidak buta pada kemanusiaan.
Haris
Sagita, alumni Psikologi Unisma Bekasi yang juga pernah menjadi
pengurus Teater Korek mengatakan, belajar teater merupakan sebuah proses
pembelajaran kehidupan. Dengan itu, seseorang akan mampu memahami siapa
dirinya, sadar terhadap ruang dan lingkungan sekitar, dan bahkan akan
memantik percikan ketuhanan dalam diri. Karenanya, dia mengimbau, perlu
ketulusan dalam berteater agar semuanya muncul tanpa kepura-puraan.
"Kuncinya
adalah tawakkal. Kalau sudah tawakkal enak. Kita bisa tahu siapa 'aku'
ini, sadar ruang, dan memang seperti itu kebudayaan. Jangan bohong pada
diri sendiri, pasrah aja. Kembalikan semuanya ke Tuhan," kata Haris
dalam diskusi usai latihan, di Panggung Putih (Pendopo) Unisma Bekasi,
Kamis (29/12) malam.
Sebagai
informasi, saat ini (anggota baru) Teater Korek sedang melakukan proses
latihan menuju malam persembahan yang akan diselenggarakan pada 9
Januari 2017. Pertunjukkan itu merupakan sebuah bentuk
pertanggungjawaban dari Latihan Alam Orientasi Dasar Pemain Teater
(LAODPT), di Bumi Perkemahan Cibubur, beberapa bulan yang lalu.
"Dalam
berkarya, kita membutuhkan seorang aktor yang menghargai proses. Bukan
yang hanya ingin eksis kemudian hilang. Karena belajar teater merupakan
pembelajaran kehidupan, maka tidak bisa dilakukan dengan cara yang
instan," ungkap Nurul Hikmah saat mengevaluasi latihan anggota baru.
Sementara
itu, Zeta Margana, yang bertindak sebagai sutradara menyatakan dirinya
berpasrah pada kehendak alam. Tulus dalam berpikir, merasa, serta
bertindak, alam yang akan menentukan. Maka itu, dia meminta kepada
seluruh aktor agar percaya sepenuhnya atas proses yang dilakukan selama
ini. Karena hanya dengan itu, manfaat dan hasil optimal akan dirasakan.
"Kita
harus tahu apa yang saat ini sedang dilakukan, jangan ada beban. Ini
adalah proses belajar. Menghargai ilmu itu penting, harus ikhlas,
pasrah, dan tulus. Dengan begitu, kita akan mendapatkan manfaat dari
kepayahan kita selama ini," ujar Zeta, memberi nasihat dan masukan
kepada anggota baru Teater Korek.
Malam
persembahan, lanjut Zeta, adalah misi kebudayaan yang harus dijalankan.
Hal itu akan tercapai apabila keberprasahan diri menjadi kunci
utamanya. Maka, dia selalu mengingatkan para aktor agar tidak menaruh
beban saat berproses.
"Untuk
saat ini, saya serahkan seluruhnya kepada alam. Teman-teman aktor
semoga memahami apa pun yang saat ini sedang dilakukan. Dalam proses,
gunakan akal dan hati untuk mendapatkan hasil yang terbaik," tutupnya.
(Diterbitkan pada Jum'at, 30 Desember 2016)
(Diterbitkan pada Jum'at, 30 Desember 2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar