Kamis, 23 Februari 2017

Misi Kebudayaan dan Keberpasrahan Diri


Proses Teater Korek menuju malam persembahan, Kamis (29/12) malam.

Bekasi, Tim Redaksi Teater Korek

Teater Korek Universitas Islam "45" (Unisma) Bekasi adalah salah satu organisasi kemahasiswaan yang bergerak di bidang seni dan kebudayaan. Sebagai wadah untuk menggali beragam isu atau fenomena kekinian yang kemudian diangkat ke permukaan; ke dalam sebuah pertunjukkan. Sesuai dengan namanya, Korek, yang berarti adalah proses atau upaya penggalian sesuatu menjadi bentuk konkret yang terejawantahkan dalam laku.

Namun, dalam proses itu dibutuhkan sebuah keberprasahan diri. Netralitas 'keakuan' juga perlu dilakukan demi mendapatkan hasil yang maksimal. Karena kerja kebudayaan adalah soal kehidupan yang dinamis, yang tanpa kepura-puraan dan kemunafikan. Dan, saat 'keakuan' itu sudah tidak mendominasi dalam hidup, maka lahirlah ketulusan, yang sadar akan kehidupan, yang tidak buta pada kemanusiaan.

Haris Sagita, alumni Psikologi Unisma Bekasi yang juga pernah menjadi pengurus Teater Korek mengatakan, belajar teater merupakan sebuah proses pembelajaran kehidupan. Dengan itu, seseorang akan mampu memahami siapa dirinya, sadar terhadap ruang dan lingkungan sekitar, dan bahkan akan memantik percikan ketuhanan dalam diri. Karenanya, dia mengimbau, perlu ketulusan dalam berteater agar semuanya muncul tanpa kepura-puraan.

"Kuncinya adalah tawakkal. Kalau sudah tawakkal enak. Kita bisa tahu siapa 'aku' ini, sadar ruang, dan memang seperti itu kebudayaan. Jangan bohong pada diri sendiri, pasrah aja. Kembalikan semuanya ke Tuhan," kata Haris dalam diskusi usai latihan, di Panggung Putih (Pendopo) Unisma Bekasi, Kamis (29/12) malam.

Sebagai informasi, saat ini (anggota baru) Teater Korek sedang melakukan proses latihan menuju malam persembahan yang akan diselenggarakan pada 9 Januari 2017. Pertunjukkan itu merupakan sebuah bentuk pertanggungjawaban dari Latihan Alam Orientasi Dasar Pemain Teater (LAODPT), di Bumi Perkemahan Cibubur, beberapa bulan yang lalu.


Pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum Teater Korek, Nurul Hikmah, menekankan bahwa malam persembahan adalah awal dari proses kekaryaan. Anggota baru mulai diperkenalkan dengan kerja kebudayaan yang tanpa akhir dan tidak memiliki batas waktu tertentu. Menghargai proses, dia menambahkan, adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan.

"Dalam berkarya, kita membutuhkan seorang aktor yang menghargai proses. Bukan yang hanya ingin eksis kemudian hilang. Karena belajar teater merupakan pembelajaran kehidupan, maka tidak bisa dilakukan dengan cara yang instan," ungkap Nurul Hikmah saat mengevaluasi latihan anggota baru.

Sementara itu, Zeta Margana, yang bertindak sebagai sutradara menyatakan dirinya berpasrah pada kehendak alam. Tulus dalam berpikir, merasa, serta bertindak, alam yang akan menentukan. Maka itu, dia meminta kepada seluruh aktor agar percaya sepenuhnya atas proses yang dilakukan selama ini. Karena hanya dengan itu, manfaat dan hasil optimal akan dirasakan.

"Kita harus tahu apa yang saat ini sedang dilakukan, jangan ada beban. Ini adalah proses belajar. Menghargai ilmu itu penting, harus ikhlas, pasrah, dan tulus. Dengan begitu, kita akan mendapatkan manfaat dari kepayahan kita selama ini," ujar Zeta, memberi nasihat dan masukan kepada anggota baru Teater Korek.

Malam persembahan, lanjut Zeta, adalah misi kebudayaan yang harus dijalankan. Hal itu akan tercapai apabila keberprasahan diri menjadi kunci utamanya. Maka, dia selalu mengingatkan para aktor agar tidak menaruh beban saat berproses.

"Untuk saat ini, saya serahkan seluruhnya kepada alam. Teman-teman aktor semoga memahami apa pun yang saat ini sedang dilakukan. Dalam proses, gunakan akal dan hati untuk mendapatkan hasil yang terbaik," tutupnya.


(Diterbitkan pada Jum'at, 30 Desember 2016)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar